Posted by : cihuynutkid Monday 13 May 2013


Glodok masa lalu ramai dengan manusia yang lalu lalang. Sado merupakan alat transportasi utama kala itu, sedangkan becak baru muncul setelah pendudukan Jepang (1942-1945). Kini banyak warga Tionghoa di Glodok yang menjadikan kawasan ini sebagai tempat menggelar barang dagangannya. Sebagian mereka kini pindah ke kawasan elite dan memiliki rumah mewah, seperti di Pantai Indah Kapuk, Pluit, Sunter, Ancol, dan Pondok Indah. Glodok pada masa Belanda seperti juga masa sekarang, merupakan wilayah ekonomi yang tak henti memompa denyut perdagangan, bukan sekedar kawasan yang identik dengan Pecinan. Dalam sejarah kontemporer Jakarta, Glodok punya banyak arti: perjuangan kaum migran, kejayaan, keterpurukan, dan perlawanan terhadap nasib dan penindasan. Ada banyak hal yang mengenang Glodok tempo dulu: para kapiten China selama ratusan tahun berjaya, ribuan orang China pernah dibantai dengan kejam oleh Belanda, nostalgia Imlek, Cap Gomeh, dan Peh Cun.

Jejak tersebut terus luntur dimakan waktu dan zaman. Padahal, itu nasih tetap terasa kental dan menjadi sejarah yang memperkaya Jakarta. Setelah 30 tahun dilarang oleh Orde Baru, kini setiap menjelang Imlek kita dapati Glodok tengah bersiap merayakan tahun barunya itu. Tidak disangsikan lagi, Glodok adalah daerah tradisional. tradisi yang berasal dari negeri leluhur ketika mereka bermigrasi besar besaran sekitar ratusan tahun yang lalu dari daratan China. Kalau kita mau lebih mendalam lagi mengetahui asal usulnya, Glodok berasal dari nama yang berbunyi grojok grojok. Tempat ini merupakan tempat pemberhentian kuda kuda pengangkut beban untuk diberi minum. Di kawasan Glodok, terdapat pertokoan Pancoran yang dulunya adalah tempat orang mengambil air minum dan mandi.

Menjelajah atau membayangkan abad ke-19 dan awal abad ke-20, kita akan mendapati orang Tionghoa lalu lalang dengan rambut dikepang panjang ke belakang dan bagian depan dicukur licin. Hal itu merupakan tradisi warisan dari Manchu yang menjajah daratan China selama tiga ratus tahun. Pemerintah kolonial Belanda sendiri, di samping mengharuskan orang China tinggal di satu tempat, melarang mereka berbusana seperti pribumi dan barat. Mereka yang melanggar aturan ini dikenakan hukuman denda bahkan kurungan.


Source: "Waktu Belanda Mabuk Lahirlah Batvia" karya Alwi Shahab

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

About

Menapaki tilas sejarah, seni, misteri, budaya, teknologi dan informasi umum

Total Pageviews

Recent Comments

Followers

- Copyright © bungpuyuh -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -