Posted by : cihuynutkid Thursday 9 May 2013




Rabu 8 November 1939, Hitler masuk ke Burgerbraukeller disambut dengan gegap gempita oleh teriakan “Sigh Heil” berulang kali. Ketika baru 57 menit berpidato, Hitler mengakhiri ucapannya dan berjalan meninggalkan aula itu. Lalu konvoi kendaraan membawanya ke stasiun kereta. Kemudian 8 menit setelah itu terdengar sebuah ledakan dahsyat dari arah Burgerbraukeller, 6 orang tewas seketika dan 2 lainnya tewas beberapa jam kemudian serta 65 orang lainnya terkapar luka parah. Namun itu tak berarti apa-apa, kerena sang target yang tak lain adalah Hitler telah meninggalkan tempat itu 8 menit yang lalu.

Tepat setahun yang lalu ditahun 1938, seorang pandai kayu dan pembuat jam dari Swiss, Georg Elser mendatangi Burgerbraukeller dimana ketika itu Hitler biasa mengadakan pidato disana guna memperingati gagalnya upaya Hitler untuk menggulingkan pemerintahan Republik Weimar. Ketika itu Hitler berpidato panjang lebar penuh semangat selama 90 menit dalam memperingati dan penghormatan kepada pendukung Hitler yang tewas pada aksi tahun 1923 itu. Georg Elser bukanlah salah satu dari pendukung Hitler, dia datang untuk mencatat waktu kedatangan Hitler, berapa lama ia berpidato dan posisi berdiri sang diktator dipodium. Elser adalah seorang buruh biasa di Jerman yang bertekad membunuh Hitler dengan alasan yang mirip dengan para kelompok konspirasi lainnya yang menentang Hitler. Elser sangat marah dengan semakin meningkatnya totaliterianisme yang dibawa NAZI ke kaum buruh Jerman. Meski banyak kelompok-kelompok konspirasi yang menentang Hitler, namun Elser tidak ada hubungannya dengan salah satu dari kelompok itu.

Setelah dalam pengamatan itu, Elser berkesimpulan, bahwa cara terbaik untuk membunuh diktaktor itu adalah dengan menyelundupkan bom waktu kedalam gedung itu. Memasangnya di dalam pilar dan meledakkannya ketika Hitler berpidato. Lalu selama 8 bulan berikutnya, Elser secara hati-hati mengumpulkan perkakas dan membuat bom waktu yang seakurat mungkin. Perangkat bomnya mencangkup 50 kilogram peledak high-explosive, enam system gerakan jam, kabel, batere 6 volt. Seluruh perangkat itu dia masukan kedalm casing peluru artileri 180 mm dari kuningan yang entah dari mana ia bisa mendapatkannya. Tanggal 5 Agustus 1939, Elser tiba di Munich guna memulai misinya itu. Setiap malam, beberapa menit sebelum 23.30 ia bersembunyi di galeri Burgerbraukeller menunggu sampai gedung tutup dan mematikan semua lampunya.

Herbert Mason memaparkannya dengan detail:

Bekerja dengan penerangan minim dari lampu senter yang diselimuti sapu tangan biru, Elser dengan hati-hati mempreteli papan penghias dinding yang mengelilingi panel empat persegi panjang penutup kolom. Hati-hati pula ia mengebor satu lubang disatu sudut atas panel kayu dan memasuki gergaji khusus pembuat lemari. Dengan hati-hati Elser mulai memotong serta membuang panel tersebut. Ia bekerja selama 3-4 jam, lalu membersihkan bukti-bukti kegiatannya sebelum tidur dikursi. Ia hanya menggergaji beberapa millimeter, mengganti papam penghias dinding, memunguti serbuk gergaji. Namun semua itu tidak merontokan kesabarannya. Ia menghabiskan 3 malam hanya untuk mencopot panel.
Jejak kerja modifikasinya tidak bisa dideteksi… Ia mengikis pengekang dan bagian rongga dalam sekaligus, memakai palu dan pengebor baja manual dari berbagai diameter. Setiap hantaman bergema di  pukulan lebih keras dari biasanya, ia menanti suara rebut dari seberang jalan untuk menutupi suara hantamannya. Karena ia bekerja sebelum subuh, tidak jarang ia harus menunggu lama sebelum menghantamkan palu.

Bukan tanpa perhitungan, Elser menggunakan dua jam alarm untuk timer bom rakitannya. Satu ia rangkaikan dengan perangkat pemicu cadangan, yang akan bekerja bila pemicu utama gagal. Pada system itu ia memasangkan system batang dan roda gigi yang jika dinyalakan akan bergerak akurat waktunya. Pada hari Kamis, 2 November, Elser mulai memasang bahan peledak dan detonator didalam kolom. Dua hari berikutnya ia mencoba pewaktu untuk terakhir kalinya, dan alat itu bekerja tanpa cacat. Senin, 6 November, ia mulai merangkai dan mengaktifkan perangkat mautnya. Pukul 06.00 pagi pewaktu mulai dinyalakan, bom akan meledak tepat 63 jam, 20 menit kemudian, yakni tepat pada hari kamis 8 November jam 21.20. Dinihari Rabu, sekali lagi ia datnag ke Burgerbreukeller untuk memastikan bom waktunya masih bekerja. Detik jam terdengar, pertanda semua bekerja lancar. Setelah memastikan semuanya lancar lalu Elser pergi meninggalkan Jerman menuju Swiss. Jika semua berjalan sesuai rencana, maka bom itu akan meledak ketika Hitler tengah berpidato dan akan mencabi-cabik tubuh sang diktator itu.

Namun semua itu sia-sia, Hitler menyelesaikan pidatonya lebih cepat dari biasanya, dan meninggalkan aula dengan segera setelah selesai berpidato. Delapan menit setelah Hitler pergi meninggalkan aula itu, ledakan keras berdentum, menghancurkan pilar dan karena kuatnya ledakan, hamper seluruh langit-langit ambrol. Tidak diragukan lagi, bila saja Hitler meneruskan pidatonya seperti yang biasa, maka tubuh Hitler akan sulit dikenali. Entah takdir atau memang insting Hitler yang mendorongnya untuk lebih cepat meninggalkan aula itu dari yang biasanya. Dan sebenarnya kejadian ini hanyalah salah satu dari lolosnya Hitler dari aksi-aksi kelompok konspirasi yang ingin mencoba membunuhnya.
Lalu, Elser sendiri gagal mencapai Swiss, ia ditahan oleh pengawal perbatasan tidak sampai 100 meter dari perbatasan Swiss-Jerman. Setelah dipaksa menunjukan isi sakunya, polisi menemukan sejumlah benda yang mencurigakan, pegas jam, roda gigi kecil, detonator alumunium kecil, dan kartu pos bergambar Burgerbreukeller. Meski interogasi berkepanjangan, Gestapo percaya pada pengakuan Elser bahwa dirinya adalah pelaku tunggal. Anehnya, meski Elser yang telah jelas bersalah, tidak dieksekusi langsung. Ia hidup hingga akhirnya pemimpin besar SS Heinrich Himmler memerintahkan eksekusi Elser hanya sekitar 2 pekan sebelum perang di Eropa berakhir. Elser diduga kuat menjalani aksinya atas sepengetahuan Himmler dan Reinhard Heydrich yang sangat diuntungkan dengan upaya Elser.

Dalam kisah ini, saya yakin apa yang tertulis dibagian akhir pada paragraph diatas memang ada benarnya. Meskipun Elser mengaku sebagai pelaku tunggal dan tak ada sangkut pautnya dengan kelompok-kelompok konspirasi lainnya yang membenci Hitler. Namun yang masih mengganjal adalah bagaimana Elser mendapatkan bahan-bahan peledak dan keahlian merakit bom. Dalam membongkar pilar saya singkirkan keraguan ini, karena Elser memang seorang tukang kayu, dan dia juga seorang pembuat jam yang tentunya saya juga percaya dia ahli dalam pembuatan timer. Namun apa pembuatan bom itu hanya masalah timer saja? Lalu dari mana Elser belajar pembuatan bom itu? Belum lagi bahan-bahan peledak, yang dalam kasus ini ledakannya bukanlah ledakan biasa, tapi ledakan yang sangat kuat. Tapi selalu ada kemungkinan pula bila Elser benar-benar bekerja sendiri, dan saya belum bisa berspekulasi dalam hal ini. Mungkin dalam kesempatan lain saya akan mencoba mencari tau tentang hal-hal lain yang menarik tentang Georg Elser dalam upayanya membunuh Hitler. Lebih lanjut saya mempersilahkan pembaca menarik kesimpulan masing-masing atas kejadian diatas.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

About

Menapaki tilas sejarah, seni, misteri, budaya, teknologi dan informasi umum

Total Pageviews

Recent Comments

Followers

- Copyright © bungpuyuh -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -